Sabtu, 20 September 2008

Problematika Dana Mandiri dalam Gereja Katolik



Dana mandiri merupakan sejumlah tanggungjawab umat terhadap Gereja yang diperuntukkan demi keberlangsungan program-program sebuah paroki. Hal ini dilatarbelakangi karena Gereja Katolik mulai menyadarkan umatnya bahwa kehidupan menggereja seperti living kost para kaum klerikalnya dan perwujudan program-program paroki dibebankan banyak kepada umat. Hal ini saya alami dan saya saksikan secara nyata ketika saya berpraktek pastoral di Manggarai. Manggarai memiliki dioses yang disebut dengan keuskupan Ruteng. Dioses ini memiliki paroki sekitar delapan puluh. Jumlah ini adalah jumlah yang sangat besar bila dibandingkan dengan paroki-paroki di Indonesia bahkan sebuah dioses hanya memiliki dua puluh paroki.
Sejauh yang saya amati bahwa dana mandiri memiliki problematika di keuskupan Ruteng. Keuskupan yang memiliki umat sekitar setengah juta ini telah berusaha menyadarkan umatnya bahwa Gereja berkembang dan maju sebahagian besar ditentukan oleh adanya rasa tanggungjawab dan peran serta umat Katolik. Oleh sebab itu masing-masing jiwa ataupun keluarga telah diharuskan dan diwajibkan untuk memberikan besaran dana yang ditentukan demi kehidupan para pastor dan keberlangsungan program-program paroki yang telah disepakati. Sejauh yang saya ketahui bahwa cara memberikan tanggungjawab kepada umat, masing-masing paroki memiliki cara. Di paroki Rekas, umat yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas telah diwajibkan untuk memberikan dana mandiri atau iuran wajib bagi Gereja (paroki) sebesar Rp. 20.000, besaran dana mandiri ini khusus untuk umat atau jiwa yang tidak bekerja sebagai petani. Biasanya para pegawai (seperti guru, atau PNS) dibebankan sebesara Rp. 25.000. Sehingga jikalau umat paroki tersebut memiliki umat sebanyak 10.000 jiwa dengan usia 17 tahun ke atas maka besaran dana mandiri umat untuk paroki setiap tahun adalah sekitar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Angka dua ratus juta adalah angka yang cukup besar dan mampu mengakomodir berbagai program-program paroki dan juga living kost para pastor dan fraternya. Tetapi sejauh yang saya lihat dan alami bahwa besaran dana atau besaran dana yang diharapkan tidak pernah tercapai karena satu dan lain hal. Untuk mencapai target dana yang diharapkan perlunya suatu sistem yang tepat yang disepakati oleh semua umat paroki. Biasanya besaran dana target ini telah dipikirkan dan diprediksi pada saat rapat pleno akhir tahun, dimana pada saat itu dibahas tentang program-program paroki atau arah dasar perjalanan pastoral paroki selama satu tahun. Pada kesempatan ini juga ada evaluasi terhadap berbagai praksis pastoral yang telah berlangsung selama setahun yang lewat.
Tidak semua paroki memiliki sistem yang sama mengenai penarikan dana mandiri. Ada juga paroki yang mengenakan dana mandiri atau iuran wajib bukan kepada masing-masing jiwa di atas tujuh belas tahun ke atas tetapi perkepala keluarga. Biasanya melalui sistem ini, paroki tidak akan memperoleh dana mandiri yang cukup besar apalagi jumlah kepala keluarga dalam paroki tersebut tidak begitu banyak.

Apa problem dana mandiri?
Bagi pekerja lapangan atau petugas pastoral yang terjun ke lapangan, berupa kunjungan-kunjungan pastoral keluarga dan katekese-katekese ke umat, mereka akan menyaksikan dan mendengarkan secara langsung mengenai isi hati umat dan keluh kesah umat yang meliputi dana mandiri, kepuasan pelayanan pastoral dari pastor parokinya atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan menggereja maupun masalah-masalah sosial-budaya yang mereka hadapi atau masalah yang tidak berkaitan langsung dengan paroki.
Menurut pengakuan banyak pihak bahwa dana mandiri yang dibebankan kepada mereka merupakan sesuatu yang sering membebankan mereka. Bagi keluarga yang berstatus PNS, hal ini tentu tidak menjadi menjadi masalah yang serius. Tetapi bagi umat yang memiliki penghasilan yang tidak tetap akan memandang dana mandiri sebagai tanggungjawab yang sangat berat. Memang kita lihat bahwa daerah manggarai adalah daerah yang cukup subur tetapi sifatnya tidak merata. Topografi yang bergunung-gunung atau berbukit-bukit menjadi pemicu rendahnya pendapatan umat setempat. Di daerah Sano Nggoang, penghasilan umat adalah kemiri, cengkeh, dan padi. Sejauh yang saya ketahui bahwa tidak banyak umat memiliki lahan kemiri yang luas tetapi ada secukupnya. Ada secukupnya artinya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi jikalau anak telah mulai memasuki jenjang sekolah dasar, menengah, atas dan tinggi, besarnya lahan mereka tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya anak yang tidak mampu menjadi putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi sejauh yang saya lihat, umat Manggarai memiliki strunggle atau memiliki daya juang yang tinggi untuk menyekolahkan anak mereka, karena mereka telah memiliki keyakinan bahwa salah satu penentu dan pembaharu kehidupan adalah melalui sekolah.
Dana mandiri ini akan menjadi sesuatu yang krusial ketika paroki mendesak umat untuk memberikan dana mandiri, tetapi umat tidak mendapat pelayanan pastoral yang maksimal. Umat akan ogah-ogahan atau setengah hati untuk memberikan dana mandiri tersebut. Meskipun tidak diungkapkan secara terbuka, dalam hidup menggereja ada dan berlaku prinsip do ut des atau suatu paham yang mengatakan bahwa adanya hubungan timbal balik di dunia ini yaitu memberi dan diberi. Ketika saya memberi maka saya juga akan mendapatkan sesuatu dari apa yang saya beri tersebut. Demikian juga umat berharap ketika mereka memberi dana mandiri maka umat juga berharap berlangsungnya pelayanan pastoral yang maksimal.
Selain itu, umat juga meminta transparansi atau kejelasan pengeluaran dana mandiri tersebut. Hal ini sebagai bukti bahwa dana mandiri mereka diperuntukan dalam cara dan sistem yang sewajarnya dan tetap sasaran. Biasanya umat akan setengah hati memberikan dana mandiri tersebut jikalau mereka melihat dan mengetahui ketidakjelasan aliran dana yang telah mereka berikan tersebut. Oleh sebab itu, biasanya umat selalu bertanya kepada ketua kelompok tentang aliran dana mandiri tersebut. Meskipun ketua kelompok banyak tidak mengetahui arah dan aliran dana mandiri tersebut, untuk memuaskan hati umat dan agar dana mandiri dari kelompoknya terkumpul, biasanya ketua kelompok dan ketua dewan stasi memberikan pernyataan-pernyataan yang baik-baik saja. Tetapi ada ketua kelompok yang ke kiri-kirian, biasanya ketua kelompok tersebut akan acuh-tak acuh tentang dana mandiri tersebut. Dana mandiri akan terkumpul secara maksimal bila ketua kelompok atau ketua dewan stasinya menyadari fungsi dan hakekatnya.

Problematika Dana Mandiri dan Kapitalisme
Akibat dana mandiri tersebut, tidak jarang kita mendengar dari umat bahwa gereja sekarang ini berkarakter kapitalis. Dimana gereja meraup sejumlah keuntungan untuk gereja sendiri. Oleh sebab itu banyak umat yang cukup apatis dalam kehidupan menggereja Gereja dipandang sebagai intitusi yang menimbulkan sejumlah beban dan masalah bagi umat. Gereja yang dipandang sebagai intitusi suci menjadi dipandang tak ubahnya seperti kaum proletar. Bahkan tak jarang kita dengar suara dari umat bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah gereja. Karena umat sendiri adalah miskin tetapi dalam keadaan kemiskinan mereka, mereka dituntut oleh Gereja agar mereka juga memberikan sejumlah uang atau iuran wajib Gereja. Mereka mengatakan bahwa kadang mereka tidak makan ikan asin hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Kadang mereka menunda pemberian uang sekolah anak hanya untuk memenuhi iuran wajib Gereja.

Kekawatiran/Kegelisahan
Saya sendiri memiliki kegelisahan, yaitu pudarnya nilai kepercayaan umat terhadap Gereja oleh karena dana mandiri. Dalam sebuah pertemuan dengan para penyuluh agama di Labuan Bajo atas undangan Departemen Agama Labuah Bajo, seorang pastor pernah mengatakan bahwa ada beberapa umatnya terpaksa masuk Islam karena tidak kuat menanggung dana mandiri. Umat tersebut mengatakan bahwa gereja telah menjadi bagian dari kapitalis dan menjadi sumber penambah beban bagi umat. Hal ini perlu kita antisipasi, bisa-bisa Gereja Katolik akan banyak ditinggalkan orang karena mereka tidak sanggup membayar iuran wajib Gereja.

Dikotomi dana mandiri dan adat
Pandangan umat yang mengatakan bahwa dana mandiri adalah suatu sistem yang memiskikan umat perlu kita pertimbangkan. Tetapi juga kita perlu mempertimbangkan tentang usaha orang Manggarai yang sering lebih memandang adat dan menempatkannya di atas Gereja. Adat adalah bahagian yang tidak bisa dilepaskan dari diri orang Manggarai. Setiap ada acara-acara keluarga pada umumnya selalu berbau adat dan membutuhkan uang. Yang menjadi pertanyaan kita, mengapa orang Manggarai setengah hati memberikan dana mandiri gereja tetapi untuk mengeluarkan uang dalam acara-acara adat tidak pernah mengalami kesulitan. Atas dasar ini untuk mengatakan bahwa dana mandiri menjadi hal yang memiskinkan umat adalah sesuatu yang perlu kita pertanyakan.

Tindakan pastoral
Apa yang harus kita lakukan agar dana mandiri dapat dimaknai umat secara positif?
Katekese
Perlunya selalu diberi katekese yang bertemakan bahwa masa depan Gereja ada di tangan umat. Pastor hanya memberikan Sakramen tetapi umat adalah teman sejawat hirarki untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Umat perlu disadarkan bahwa praksis pastoral yang dilakukan para missionaries barat merupakan praksis pastoral yang harus kita ubah. Pada umumnya para missionaries barat memandang umat Indonesia adalah individu yang belum hidup secara mandiri oleh sebab itu segala sesuatunya harus disediakan oleh pastor secara grattis seperti buku Madah Bakti, Rosario, patung-patung orang Kudus dll. Sikap keringan tangan para missionaries barat tersbut adalah suatu nostalgia yang akan sulit dilupakan oleh umat. Umat masih tetap memandang bahwa pastor ideal yaitu pastor-pastor barat. Memang mereka (pastor-pastor BARAT) memiliki kelebihan JUGA DALAM pastoral. Para missionaris barat umumnya enggan menggunakan barang-barang mewah untuk kegiatan pastoralnya. Mereka rela mendaki gunung dengan naik kuda, berjalan kaki berkilo-kilo untuk mendekati dan mendampingi umat, rela tinggal berlama-lama di sebuah stasi hanya untuk mendengarkan keluh kesah umat, mengadakan katekese/mendidik/enable, ataupun mendekatkan diri secara emosional dengan umat.

Cara-cara penagihan
Perlu dibuat cara yang elegan dalam penarikan dana mandiri. Umumnya, para penagih adalah ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi. Mereka inilah tonggak dan pilar lancar tidaknya dana mandiri. Kalau mereka ogah-ogahan maka pastor - pastor yang bekerja di paroki akan kelaparan dan program paroki tidak akan berjalan dengan baik. Para ketua kelompok dan dewan stasi perlu didasarkan bahwa dana mandiri adalah saran untuk mencapai suatu tujuan. Uang bukanlah tujuan tetapi pada umumnya untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan sebuah sarana. Tergantung pada tujuannya. Tetapi cukup ;banyak sebuah tujuan akan tercapai jika adanya keterjaminan finansial. Contoh pastor dapat merayakan kurban Ekaristi di stasi tertentu melalui sepeda motor. Sepeda motor dapat berjalan karena bensin, dsb.
Mendidik atau empowerment para petugas gereja adalah sesuatu yang niscaya. Sejauh yang saya amati ada beberapa paroki yang tidak pernah memberikan pelatihan-pelatihan bagi ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi, baik mengenai cara berkotbah, ajaran-ajaran maupun dogma-dogma Gereja. Banyak mereka yang buta tentang hal ini. Sehingga tidak heran kalau ketua kelompok atau ketua dewan stasi tidak memiliki rasa percaya diri untuk menyampaikan kebenaran yang ada dalam Injil. Hal ini sangat penting.............sangat penting..........sangat penting........!!!

Pastor paroki
Pastor paroki perlunya mencari sebuah sistem atau cara mendayagunakan banyak orang. Pastor paroki perlunya memberikan suatu reward kepada para petugas gereja. Karena ketika mereka menjalankan tugas pastoral mereka, mereka (ketua-ketua dewan stasi, kelompok) biasanya hidup dalam suatu tekanan, konflik baik dari diri sendiri maupun dari umat yang diapimpin. Tidak jarang kita dengar para pastor paroki yang mengatakan bahwa untuk apa kita memberikan reward kepada mereka. Merekakhan bekerja untuk Tuhan. Tuhan tidak mengajari kita untuk reward-rewardan. Pandangan pastor yang demikian sangatlah sempit, sistem kepemimpinan dalam Gereja tidak boleh terlalu spiritual dan juga tidak boleh terlalu duniawi. Semua harus imbang karena kita hidup di dunia. Yesus sendiri ketika Dia hidup dia sering memberikan reward (ganjaran atas hasil dan usaha seseorang) berupa makan bersama, pengajaran-pengarajan. Di dalam diri manusia ada kebutuhan untuk dihargai oleh sebab itu dimanapun seseorang atau siapapun dia, penghargaan ini sesuatu yang niscaya. Reward atau [enghargaan bermacam-macam seperti: uang, pujian kata, relasi, barang-barang rohani( kitab suci, rosarioa, dsb), pakaian. Stevan Covey sendiri mengatakan bahwa jikalau organisasi atau institusi anda dimana anggotanya tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap vis-misi anda perlu anda perhatikan sejauh mana anda telah memberikan reward yang sepantasnya untuk mereka.

Jumat, 19 September 2008

spiritualitas


Spiritualitas

Unsur-unsur spiritualitas Serikat Sabda Allah (SVD) adalah sebagai berikut:

Allah Tritunggal yang Maha Kudus (Konst. 101)

Serikat Sabda Allah disemangati oleh Allah Tritunggal. Sebagaimana gereja universal mengakui bahwa Allah Tritunggal adalah Allah Bapa, Allah Putera, Allah Roh Kudus, ketiganya hidup dalam kesatuan demikian pula Serikat Sabda Allah mengakui pengakuan gereja Universal tersebut. SVD secara khusus menggarisbawahi unsur kesatuan dalam diri ketiga pribadi tersebut. SVD menyakini bahwa kesatuan tidak akan terwujud tanpa dilandasi kasih.

Berdasarkan kasih yang dimiliki Allah Tritunggal terselenggaralah keselamatan di dunia. Tanpa kesatuan itu manusia akan tetap berada dalam status apiru atau orang buangan yang tidak mempunyai penolong.

Serikat Sabda Allah menyakini bahwa kasih harus menjadi bagian dari hidup para anggotanya. Kasih harus dijadikan sebagai pedoman dalam setiap tindak tanduk kehidupannya baik itu sebagai seorang frater, bruder, pastor dan uskup. Kasih harus diperjuangkan. Jika terjadi ketidakadilan dalam suatu masyarakat maka kasih telah dibaikan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Dan Serikat Sabda Allah dipanggil untuk mewartakan kasih tersebut kepada seluruh manusia.

Sang Sabda (Konst. 121)

Serikat Sabda Allah belajar dari sang Guru Agung yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus rela menjadi manusia agar manusia memperoleh keselamatan. Yesus menjadi manusia memberi dampak yaitu naiknya harga diri manusia sebagai mahkluk yang perlu mendapat penebusan agar manusia semakin sadar bahwa manusia adalah citra atau gambaran Allah.

Karena Allah sangat mencintai manusia, maka Dia rela mengutus Allah Putera menjadi seorang hamba dan menghampakan diri bahkan taat sampai mati di salib lih. Fil. 2:7-8). Kerelaan yang demikian hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai kesungguhan dalam karya pelayanan. Orang yang mementingkan materi tidak akan rela menjadi seorang hamba yang hina. Tetapi manusia menjadi manusia yang memiliki harga diri setelah Kristus rela mengorbankan diriNya bagi manusia.

Roh Kudus (Konst. 122)

Serikat Sabda Allah menyadari bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang dijanjikan oleh Allah dan yang selalu menyertai perjalanan hidup manusia. Secara lebih jelas, hal ini tertulis dalam konstitusi Serikat Sabda Allah yang mengatakan bahwa “Roh Kuduslah yang membuat pewartaan kita berhasil maka hendaknya kita bertumpu pada bimbingan dan rahmatnya dan bukan pada usaha dan kesanggupan kita.”

Pengajaran akan kesadaran ini telah kami terima dan alami ketika kami hidup sebagai seorang novis Serikat Sabda Allah sampai masa skolastikat. Di sana kami mengumandangkan lagu-lagu Roh Kudus (Veni Creator) setiap pagi hari agar jalan dan kehidupan kami sepanjang hari itu diberkati dan diterangi oleh Roh Kudus. Memang kami tidak percaya begitu saja atau bersifat passif menanggapi kurnia Roh Kudus tersebut, kami juga harus menanggapi kurnia Roh Kudus itu dengan belajar sebaik-baiknya.

Satu hal yang ditekankan kepada kami adalah agar kami menyadari bahwa kami ini berasal atau dicipta oleh “Individu yang sangat berkuasa”, maka kami juga harus selalu menyatukan diri baik itu visi dan misi kami dengan Allah Tritunggal secara dengan Allah Roh Kudus, Allah penghibur dan penerang jelan setiap umat manusia.

Bunda Maria (Konst. 123)

Serikat Sabda Allah menyadari bahwa Bunda Maria adalah Bunda yang patut diteladani. Bunda Maria adalah wanita terpilih dan menerima dengan tulus iklas khabar yang disampaikan oleh malaikat Gabriel. Kerelaan ini adalah salah satu keutamaan yang dimiliki oleh Maria. Maria rela menanggung cemoohan manusia karena situasi dia mengandung seorang bayi tanpa seorang ayah.

Tetapi Maria menerima khabar malaikat Gabriel dengan suatu keyakinan yang teguh yaitu bahwa Tuhan yang bertindak dan mempunyai rencana yang indah dalam hidupnya. Dia yakin sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia adalah mungkin bagi Allah. Keyakinan ini ada dalam diri Maria karena dia adalah wanita yang berusaha menyelaraskan kehendak Allah dengan pribadinya. Kemampuan yang demikian tidak terbentuk dalam waktu yang singkat tetapi terbentuk melalui suatu proses yang panjang. Dapat dikatakan bahwa kemampuan tersebut terjadi berdasarkan pelatihan yang terjadi secara terus menerus dalam diri Maria.

Serikat Sabda Allah mengajarkan hal yang istimewa kepada kami para anggotanya yaitu kami harus menyerahkan hidup dan pelayanan kami kepada perlindungannya. Karena dia akan menolong kami untuk menjadi abdi-abdi yang setia dan tanpa pamrih, tanpa kenal lelah untuk membaktikan diri kepada dunia ini (Konst.123). Kepercayaan dan keyakinan bapa pendiri (St. Arnoldus Yansen) bahwa Bunda Maria adalah bunda penolong karena bapa pendiri sadar bahwa Maria adalah bunda yang memiliki kuasa ilahi karena Allah Putera sendiri yang telah menjadi manusia ada di dunia berkat rahim dan keuletan Maria dalam mengasuh puteranya.

Sebagaimana seorang anak yang baik tidak pernah mengabaikan permohonan ibunya demikian pula kami yakin bahwa doa-doa dan penyerahan hidup kami akan mendapat berkat dari Allah yang kami sampaikan kepada Bunda Maria. Selain itu kami patut meneladani Maria karena dia adalah bunda yang setia pada panggilannya seperti yang telah kami jelaskan dalam paragraph satu dan dua tentang Bunda Maria.

Aplikasi unsur-unsur tersebut dalam praktek cinta kasih pastoral di lapangan secara konkrit.

Allah Tritunggal Maha Kudus

Kasih adalah bagian dari kemampuan diri yang harus diwujudnyatakan. Ternyata pernyataan itu tidak hanya dimiliki oleh Serikat Sabda Allah. Umat paroki Rekas juga menyadari hal itu. Mereka sadar bahwa kasih adalah suatu energi yang bersifat membangun, serta mampu merobohkan kecongkakan hati dan keputusasaan.

Umat paroki Rekas berusaha mewujudkan kasih itu. Tetapi sifat kasih itu masih bersifat kekeluargaan. Artinya kasih itu mengalir atas dasar petimbangan adanya keterjalinan hubungan darah. Dan menurut saya kasih yang demikian masih bersifat dangkal dan belum meluas.

Umat paroki Rekas mempraktekkan kasih dan kesatuan dalam tata interaksi mereka sebagaian besar bukan karena mereka diinspirasikan oleh kata “Allah Tritunggal Maha Kudus.” Tetapi kasih yang mereka alirkan dan bagikan kepada sesamanya bersifat alami. Tanpa dijelaskan bahwa mereka harus mempraktekkan kasih mereka telah menjadikan kasih sebagai pedoman hidup mereka.

Cita-cita ideal umat Paroki Rekas adalah terwujudnya kasih dalam kehidupan mereka. Tetapi cita-cita ideal tersebut sering sulit diraih oleh karena beberapa atau sebahagian umat paroki Rekas kerap mementingkan ego atau kepentingan mereka.

Usaha untuk naik jabatan atau mendapat posisi yang terbaik kerap mengabaikan unsur kekeluargaan atau kasih yang telah menjadi budaya hidup mereka. Demi kepentingan pribadi kasih disingkirkan atau diletakkan di peri-peri atau bagian terpinggir dari kehidupan mereka. Meskipun demikian, kasih tetap diusahakan agar menjadi sumber energi yang dapat dibagikan yang pada akhirnya membangun dan mempersatukan seluruh warga da numatnya.

Sang Sabda

Paroki Rekas adalah paroki tertua di daerah Manggarai berdiri tahun 1920. Adanya paroki-paroki lain di Manggarai adalah berkat kehadiran Paroki Rekas. Jika dilihat dari usia paroki Rekas , kita dapat mengatakan bahwa umat di wilayah paroki rekas adalah umat yang telah mengenal Kristus Yesus lebih awal dari paroki-paroki lain. Mengenal artinya mengimani atau menjadikan Yesus Kristus sebagai pedoman hidup mereka. Sungguhkah demikian?

Kenyataan membuktikan bahwa usia tua tidak menjadi patokan bagi seseorang maupun bagi siapa saja untuk menunjukkan kedewasaan imannya. Memang, umat paroki Rekas telah mendapat pewartaan iman lebih dahulu. Tetapi iman mereka akan Yesus Kristus masih perlu dipupuk atau dibenahi lagi.

Hal yang masih terjadi sampai pada saat ini adalah bahwa umat paroki Rekas masih memiliki dualisme kepercayaan. Di satu pihak mereka mengakui adanya Tuhan Yesus Kristus tetapi di pihak lain mereka mengakui adanya allah-allah lain. Mereka menyakini bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang telah menjadi manusia dan penyelamat manusia. Tetapi ketika mereka menghadapai kesulitan mereka kerap mengabaikan ajaran iman Gereja, dan mencari solusinya kepada dukun-dukun (manggarai: mbeko).

Sang Sabda adalah penyelamat dan Allah dari segala allah, tetapi praksis di lapangan keyakinan dan usaha untuk mengimani Sang Sabda (Yesus Krsitus) secara benar-benar masih jauh dari harapan. Ketika umat paroki Rekas mengalami masalah hidupnya kesadaran untuk melibatkan Tuhan dalam segala perkara hidupnya masih belum terwujud. Di satu sisi mereka percaya pada Yesus Kristus tetapi di sisi lain mereka tida sabar menunggu berkat dari kepercayaan tersebut, sehingga mereka mengalihkan diri mereka kepada hal-hal yang bersifat magis atau mengabaikan kedua-duanya baik magis maupun Yesus Kristus.

Roh Kudus

Umat paroki rekas mulai menyadari peranan dan fungsi kehadiran Roh Kudus dalam hidup mereka. Hal ini terlihat dari usaha dan semangat sebagian umat untuk mengadakan doa karismatik setiap malam minggu. Mereka menyadari bahwa hidup mereka harus diterangi oleh Roh Kudus agar mereka tidak salah jalan atau arah. Dan mereka sangat mengharapkan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan keluarga mereka.

Kesadaran akan kurnia Roh Kudus masih perlu digalakkan dalam kehidupan mereka (umat paroki Rekas). Bahkan para pengikut karismatik masih perlu disadarkan dan diberi pencerahan mengenai hakikat Roh Kudus. Karena mereka sendiri cenderung mengindetikkan bahasa Roh Kudus sebagai bahasa keutamaan mereka. Dan orang-orang yang mendapat bahasa tersebut adalah orang yang mempunyai nilai lebih daripada orang yang tidak mengikuti doa-doa karismatik.

Selain itu bagi umat yang tidak mengikuti doa-doa karismatik, perlu dipromsikan peranan dan fungsi Roh Kudus dalam kehidupan mereka. Hal ini perlu karena sejauh pengamatan saya, Allah sebagai sumber hidup kerap dilupakan atau tidak diikutsertakan dalam perkara hidup mereka. Judi, mabuk, perdukunan (manggarai: mbeko) masih melekat dalam diri sebagian umat paroki Rekas. Tindak-tanduk (judi, mabuk, perdukunan) sebagai bentuk ketidaksadaran atau ketidakpahaman mereka akan makna dan peranan Roh Kudus.

Bunda Maria

Bunda Maria cukup “digemari” oleh umat paroki Rekas. Kata digemari yang saya maksud adalah bahwa semangat umat paroki Rekas cukup besar untuk berdoa kepada Bunda Maria. Mereka yakin bahwa Maria adalah Bunda Yesus Kristus atau bunda penyelamat dunia. Bunda Maria telah mendapat tempat yang khusus melebihi perempuan-perempuan lainnya. Sehingga dia layak diagungkan melebihi perempuan lainnya.

Salah satu bentuk konkrit umat Paroki Rekas menempatkan bunda maria secara khusus dalam hati mereka adalah novena kepada Bunda Maria. Sebagian besar umat paroki Rekas, jika mereka mengalami kesulitan atau tangtangan maka mereka biasanya mengadukan semuanya kepada Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria. Mereka yakin bahwa kesulitan mereka akan dapat teratasi. Selain itu kalung Rosario melekat di leher mereka sebagai bentuk keyakinan bahwa melalui kalung tersebut Tuhan akan memberkati atau menjauhkan mereka dari segala malapetaka.

Pengalaman-pengalaman di lapangan yang menyadarkan dan memperdalam keberakaran saya pada spiritualitas Serikat Sabda Allah

Kecintaan pada Sang Sabda

Sebahagian umat paroki Rekas telah menyadari bahwa Sabda Allah adalah kekuatan karena memberi petunjuk dalam kehidupan mereka. Tetapi sebahagian pula masih belum menyadari bahwa Sabda Allah yang terdapat dalam kitab suci memiliki kekuatan dan pedoman kehidupan umat kristiani. Mereka sendiri merasa tidak berguna bila mereka membaca kitab suci yang berisi tentang Sang Sabda.

Pertanyaan muncul dalam diri saya, bagaimana mereka dapat mengenal Yesus sang juruselamat bila mereka sendiri tidak mau atau enggan untuk membaca kitab suci? Bukankah kita harus membaca kitab suci dan mendengarkan pengajran para hirarki Gereja untuk mendapatkan pengenalan akan Yesus kristus secara benar dan tepat?

Saya sudah mulai mengadakan katekese dan lectio divina di beberapa kelompok/lingkungan, dalam kegiatan tersebut saya berusaha mengajak mereka untuk mencintai kitab suci. Ternyata jika kitab suci diterangkan dengan gaya yang menarik dan dengan bahasa yang mudah diphami serta penguasaaan bahan maka para peserta mulai menyadari bahwa kitab suci yang berisi tentang Sang Sabda adalah emas atau barang yang angat berharga. Saya selalau menejelaskan bahwa kita (umat kristiani) seperti tukang tambang emas. Emas didapat berdasarkan usaha kerja keras para penggali. Emas didapat bukan hanya melalui sekali gali tetapi membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Demikian juga kitab suci yang berisi sang sabda, kita akan menyadari bahwa kitab suci adalah emas bila kita menggali kitab suci itu hari-demi hari.

Saya sendiri menyadari bahwa umat menyadari kitab suci adalah emas karena saya dapat menjelaskannya dengan bahasa sederhana dan persiapan yang cukup lama. Adapun persiapan yang saya lakukan adalah meliputi: membaca kitab suci seminggu sebelum kegiatan, dalam perjalan membaca saya memeditasikan perikop injil yang akan saya sampaikan, dan berusaha mengambil contoh-contoh konkrit dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jika saya tidak mempunyai melakukan perisiapan dan penguasaan bahan maka katekse dan lectio divina yang saya lakukan akan tidak memberi banyak kegunanaan bagi banyak orang.

Dari pengalaman katekese dan lectio divina tersebut, saya mulai disadarkan bahwa Yesus sebagai sang sabda harus saya cintai hari demi hari agar saya dapat mewartakan dengan pewartaan yang berbobot dan menggugah hati para pendengar, karena saya sadari bahwa iman didapatkan juga dari pendengaran dan yang memperdengarkan sabda Allah itu kepada umat salah satunya adalah saya sendiri. Sehingga hari-demi hari saya selalu merefleksikan isi kitab suci bacaan harian, agar saya sendiri semakin mendapat pengenalan yang baik terhadap Yesus Kristus.

Serikat Sabda Allah selalu menganjurkan agar kami para anggotanya selalu memberikan waktu dan kesempatan untuk membaca kitab suci agar pengenalan kami terhadap Yesus Kristus semakin dalam. Kami harus menjadikan Yesus Kristus/Sang Sabda sebagai pengarah dan penuntun segala perjalanan hidup kami.

Belajar dari Maria sebagai Bunda Allah

Satu hal yang menggembirakan sekaligus memotifasi hidup panggilan saya adalah penghormatan umat paroki Rekas terhadap kehidupan membiara. Mereka memandang kehidupan membiara sebagai kehidupan suci dan unik dan tidak setiap orang berhak dan dapat mengikutinya. Mereka yang dapat mengikutinya adalah orang-orang yang mempunyai keutamaan-keutamaan salah satunya adalah kemampuan untuk menyangkal diri dan memberikan diri seutuhnya kepada bimbingan Tuhan. Penghormatan itu terlihat dari usaha mereka menyambut kehadiran saya dengan hangat dan ramah. Dan mereka berusaha menjaga tata krama yang baik serta memberi jamuan yang terbaik pula.

Dari pengalaman tersebut saya merefleksikan bahwa saya juga harus menghargai panggilan yang saya miliki. Sebagaimana orang lain menghormati panggilan hidup saya maka saya harus lebih menghargai dan berjuang untuk mempertahankan hidup panggilan saya karena hidup panggilan saya sangat berarti bagi banyak orang.

Dari pengalaman itu saya semakin berguru kepada Bunda Maria. Saya selalu merefleksikan bahwa kenapa Bunda Maria dapat setia pada panggilan hidupnya. Kenapa bunda Maria tidak menolak keinginan Tuhan untuk menjadikan dia menjadi ibu sang juruselamat. Ternyata Maria menerima dirinya sebagai Juruselamat karena dia menyadari bahwa Tuhan mempunyai rencana indah dan baik untuk menyelamatakan umat manusia. Maria menyadari bahwa melalui dirinyalah Allah akan menyadarkan manusia akan kedosaannya. Oleh sebab itu Maria menerima dan mengamini khabar malaikat Gabriel.

Saya sendiri akan berusaha menjadi seperti Bunda Maria, saya harus menyadari bahwa panggilan hidup saya sangat berguna bagi orang lain. saya adaalh orang yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan tetapi kalau saya memilik usaha/kerja keras dan melibatkan Tuhan dalam setiap perkara hidup saya maka saya akan dapat mewujudkan panggilan hidup saya sebagai biarawan dan calon imam Serikat Sabda Allah.

Serikat Sabda Allah selalu menyadarkan kami bahwa kami harus seperti Maria yang mempunyai kerelaan hati dan kesetiaan untuk mendengarkan panggilan Tuhan. Orang yang mau mendengarkan Tuhan adalah orang rendah hati dan orang yang melibatkan Tuhan dalam setiap perkara hidupnya.

Hati Seorang Pemimpin Pelayan


HATI SEORANG PEMIMPIN PELAYAN

Bab kedua dari buku ini membahas tentang hati seorang pemimpin pelayan. Penulis pertama-tama melihat realita jaman ini yang ditandai adanya suatu pemahaman bahwa kemajuan sebuah perusahaan atau sebuah lembaga cenderung dititikberatkan hanya kepada pemimpinnya. Pemimpinlah yang membuat perubahan sedangkan bawahan hanya pelaksana. Sehingga ada suatu disposisi dimana pemimpin adalah kelas satu dan para buruh atau anggota masuk dalam kelompok kedua. Pengelompokan tersebut menandai adanya suatu status atau kelas. Penulis buku ini menawarkan alternative model kepemimpinan yang lain yaitu model kepemimpinan Yesus. Model kepemimpinan Yesus adalah model kepemimpinan yang didasarkan dari hati. Sesuatu yang didasarkan dari hati adalah suatu usaha yang berusaha menyelaraskan antara kepentingan diri saya dan individu lain. Yesus telah melakukan hal tersebut.

Ciri-ciri pemimpin yang menggunakan hati seperti Yesus adalah

  1. Mendidik bawahan

Kecenderungan pemimpin yang lebih mendasarkan ego atau status untuk kepentingan diri sendiri adalah ketidakrelaannya untuk mendidik bawahan sebagai penggantinya di kemudian hari. Pemimpin yang demikian biasanya tidak mau melibatkan bawahan untuk mencapai kebijakan-kebijakan strategis. Serta dia tidak mau mendengarkan ide-ide baru dan cemerlang dari bawahannya. Karena pemimpin tersebut menyakini bahwa ketika saya menerima usul atau pendapat orang lain maka integritas atau wibawa saya sebagai seorang pemimpin menurun karena ternyata para bawahan juga memiliki ide yang cemerlang melebihi kemampuan saya. Dan ketakutan terbesar seorang pemimpin yang memikirkan atau melayani diri sendiri adalah kegagalan, mereka takut kehilangan kekuasaan dan posisi (hal. 56).

Penulis mengatakan bahwa Yesus adalah seorang pemimpin yang memikirkan generasi atau regenarasi kepemimpinannya. Hal ini dilakukan Yesus dengan cara memilih para murid dan memberikan berkat kepada mereka agar mereka mampu menyembuhkan dan mewartakan Sabda Allah kepada seluruh umat manusia. Penulis buku mengatakan “ jauh sebelum manager modern, Yesus sibuk mempersiapkan orang-orang bagi masa depan. Dia tidak bermaksud untuk memilih seorang pangeran bermahkota, tetapi untuk menciptakan suatu generasi penerus. Ketika tiba waktuNya untuk meninggalkan para muridNya, Ia tidak melakukan program dadakan tentangan pengembangan kepemimpinan-kurikulum itu telah diajarkan selama tiga tahun dalam ruang kelas kehidupan.” (hal. 58).

Yesus mengajukan model hati pemimpin sebagai pelayan sejati dengan mencurahkan banyak waktu pelayanannya untuk melatih dan mempersiapkan para murid dengan suatu model kepemimpinan. Mendekati masa akhir pelayananNya, Yesus berkata kepada para MuridNya” Aku tidak memanggila kamu hamba karena seorang hamba tidak tahu apa yang dibuat oleh tuannya. Sebaliknya Aku memanggil kamu sahabat karena segala sesuatu yang Aku terima dari Bapa, aku telah memberitahukannya kepada kamu. (bdk. Yoh 15:15).

Pemimpin yang menyingkirkan Allah memiliki karakter menempatkan sesuatu di tempat Allah, lebih percaya sesuatu daripada Allah, menghargai pendapat orang lain daripada Allah, kesombongan dan ketakutan. Kesombongan mengeskpresikan sikap: pendapat yang terlalu tinggi tentang diri sendiri, rasa bangga yang berlebihan, kecongkakan, arogansi. Sikap kesombongan ini nampak jelas dalam sikapa: berbohong, mengambil semua kesempatan, unjuk diri, mengerjakan semua pembicaraan dan menuntut segala perhatian (hal. 63). Dan akibat dari kesombongan adalah berpisah dari Allah, sesama dan diri sendiri (hal. 77)

Ketakutan mengespresikan sikap: pandangan yang tidak akam tentang masa depan yang melahirkan perlindungan diri. Ciri-ciri orang yang melindungi diri adalah bersembunyi di balik jabatan, menahan informasi, mengintimidasi orang lain, memupuk control dan pendapatan, menolak umpan balik yang tulus (hal. 63).

Akibat negatif kedua dari orang kecanduan akan kesombongan dan rasa takut adalah perbandiangan dan peyimpagan (hal 78). Perbandingan adalah suatu keadaan di mana seorang pemimpin membandingkan dirinya dengan indvidu lain. Jikalau pemimpin tersebut melihat dirinya lebih rendah dari individu lain maka dia akan melakukan kompitisi yang tidak sehat dengan individu yang bersangkutan tersebut ataupun dengan individu lain agar statusnya lebih tinggi dari individu lain. Penyimpangan suatu keadaan dimana individu lebih cenderung melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain seperti berbohong, dsb.

  1. Memuji Allah

Pemimpin yang memuji adalah menadasarkan hidup dan penyembahannya pada Allah. Dia menyembah Allah maka dia juga melakukan kehendak Allah. Allah dijadikan sumber kemanaman, kekuatan dan segala keputusannya didasarkan pada Allah.

Seorang pemimpin yang mendasarkan Allah dalam hidupnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerendahan hati dan kepercayaan. Dan kedua sifat tersebut akan menghasilkan komunitas dan persahabatan, kepuasaan hati, kemurahan hati kepercayaan dan adanya kebenaran insipirasi dan komitmen dan memiliki semangat pengampunan yang tinggi. (hal 82).

Junar Bagariang, SVD