Jumat, 19 September 2008

Hati Seorang Pemimpin Pelayan


HATI SEORANG PEMIMPIN PELAYAN

Bab kedua dari buku ini membahas tentang hati seorang pemimpin pelayan. Penulis pertama-tama melihat realita jaman ini yang ditandai adanya suatu pemahaman bahwa kemajuan sebuah perusahaan atau sebuah lembaga cenderung dititikberatkan hanya kepada pemimpinnya. Pemimpinlah yang membuat perubahan sedangkan bawahan hanya pelaksana. Sehingga ada suatu disposisi dimana pemimpin adalah kelas satu dan para buruh atau anggota masuk dalam kelompok kedua. Pengelompokan tersebut menandai adanya suatu status atau kelas. Penulis buku ini menawarkan alternative model kepemimpinan yang lain yaitu model kepemimpinan Yesus. Model kepemimpinan Yesus adalah model kepemimpinan yang didasarkan dari hati. Sesuatu yang didasarkan dari hati adalah suatu usaha yang berusaha menyelaraskan antara kepentingan diri saya dan individu lain. Yesus telah melakukan hal tersebut.

Ciri-ciri pemimpin yang menggunakan hati seperti Yesus adalah

  1. Mendidik bawahan

Kecenderungan pemimpin yang lebih mendasarkan ego atau status untuk kepentingan diri sendiri adalah ketidakrelaannya untuk mendidik bawahan sebagai penggantinya di kemudian hari. Pemimpin yang demikian biasanya tidak mau melibatkan bawahan untuk mencapai kebijakan-kebijakan strategis. Serta dia tidak mau mendengarkan ide-ide baru dan cemerlang dari bawahannya. Karena pemimpin tersebut menyakini bahwa ketika saya menerima usul atau pendapat orang lain maka integritas atau wibawa saya sebagai seorang pemimpin menurun karena ternyata para bawahan juga memiliki ide yang cemerlang melebihi kemampuan saya. Dan ketakutan terbesar seorang pemimpin yang memikirkan atau melayani diri sendiri adalah kegagalan, mereka takut kehilangan kekuasaan dan posisi (hal. 56).

Penulis mengatakan bahwa Yesus adalah seorang pemimpin yang memikirkan generasi atau regenarasi kepemimpinannya. Hal ini dilakukan Yesus dengan cara memilih para murid dan memberikan berkat kepada mereka agar mereka mampu menyembuhkan dan mewartakan Sabda Allah kepada seluruh umat manusia. Penulis buku mengatakan “ jauh sebelum manager modern, Yesus sibuk mempersiapkan orang-orang bagi masa depan. Dia tidak bermaksud untuk memilih seorang pangeran bermahkota, tetapi untuk menciptakan suatu generasi penerus. Ketika tiba waktuNya untuk meninggalkan para muridNya, Ia tidak melakukan program dadakan tentangan pengembangan kepemimpinan-kurikulum itu telah diajarkan selama tiga tahun dalam ruang kelas kehidupan.” (hal. 58).

Yesus mengajukan model hati pemimpin sebagai pelayan sejati dengan mencurahkan banyak waktu pelayanannya untuk melatih dan mempersiapkan para murid dengan suatu model kepemimpinan. Mendekati masa akhir pelayananNya, Yesus berkata kepada para MuridNya” Aku tidak memanggila kamu hamba karena seorang hamba tidak tahu apa yang dibuat oleh tuannya. Sebaliknya Aku memanggil kamu sahabat karena segala sesuatu yang Aku terima dari Bapa, aku telah memberitahukannya kepada kamu. (bdk. Yoh 15:15).

Pemimpin yang menyingkirkan Allah memiliki karakter menempatkan sesuatu di tempat Allah, lebih percaya sesuatu daripada Allah, menghargai pendapat orang lain daripada Allah, kesombongan dan ketakutan. Kesombongan mengeskpresikan sikap: pendapat yang terlalu tinggi tentang diri sendiri, rasa bangga yang berlebihan, kecongkakan, arogansi. Sikap kesombongan ini nampak jelas dalam sikapa: berbohong, mengambil semua kesempatan, unjuk diri, mengerjakan semua pembicaraan dan menuntut segala perhatian (hal. 63). Dan akibat dari kesombongan adalah berpisah dari Allah, sesama dan diri sendiri (hal. 77)

Ketakutan mengespresikan sikap: pandangan yang tidak akam tentang masa depan yang melahirkan perlindungan diri. Ciri-ciri orang yang melindungi diri adalah bersembunyi di balik jabatan, menahan informasi, mengintimidasi orang lain, memupuk control dan pendapatan, menolak umpan balik yang tulus (hal. 63).

Akibat negatif kedua dari orang kecanduan akan kesombongan dan rasa takut adalah perbandiangan dan peyimpagan (hal 78). Perbandingan adalah suatu keadaan di mana seorang pemimpin membandingkan dirinya dengan indvidu lain. Jikalau pemimpin tersebut melihat dirinya lebih rendah dari individu lain maka dia akan melakukan kompitisi yang tidak sehat dengan individu yang bersangkutan tersebut ataupun dengan individu lain agar statusnya lebih tinggi dari individu lain. Penyimpangan suatu keadaan dimana individu lebih cenderung melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain seperti berbohong, dsb.

  1. Memuji Allah

Pemimpin yang memuji adalah menadasarkan hidup dan penyembahannya pada Allah. Dia menyembah Allah maka dia juga melakukan kehendak Allah. Allah dijadikan sumber kemanaman, kekuatan dan segala keputusannya didasarkan pada Allah.

Seorang pemimpin yang mendasarkan Allah dalam hidupnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerendahan hati dan kepercayaan. Dan kedua sifat tersebut akan menghasilkan komunitas dan persahabatan, kepuasaan hati, kemurahan hati kepercayaan dan adanya kebenaran insipirasi dan komitmen dan memiliki semangat pengampunan yang tinggi. (hal 82).

Junar Bagariang, SVD

Tidak ada komentar: