
Dana mandiri merupakan sejumlah tanggungjawab umat terhadap Gereja yang diperuntukkan demi keberlangsungan program-program sebuah paroki. Hal ini dilatarbelakangi karena Gereja Katolik mulai menyadarkan umatnya bahwa kehidupan menggereja seperti living kost para kaum klerikalnya dan perwujudan program-program paroki dibebankan banyak kepada umat. Hal ini saya alami dan saya saksikan secara nyata ketika saya berpraktek pastoral di Manggarai. Manggarai memiliki dioses yang disebut dengan keuskupan Ruteng. Dioses ini memiliki paroki sekitar delapan puluh. Jumlah ini adalah jumlah yang sangat besar bila dibandingkan dengan paroki-paroki di Indonesia bahkan sebuah dioses hanya memiliki dua puluh paroki.
Sejauh yang saya amati bahwa dana mandiri memiliki problematika di keuskupan Ruteng. Keuskupan yang memiliki umat sekitar setengah juta ini telah berusaha menyadarkan umatnya bahwa Gereja berkembang dan maju sebahagian besar ditentukan oleh adanya rasa tanggungjawab dan peran serta umat Katolik. Oleh sebab itu masing-masing jiwa ataupun keluarga telah diharuskan dan diwajibkan untuk memberikan besaran dana yang ditentukan demi kehidupan para pastor dan keberlangsungan program-program paroki yang telah disepakati. Sejauh yang saya ketahui bahwa cara memberikan tanggungjawab kepada umat, masing-masing paroki memiliki cara. Di paroki Rekas, umat yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas telah diwajibkan untuk memberikan dana mandiri atau iuran wajib bagi Gereja (paroki) sebesar Rp. 20.000, besaran dana mandiri ini khusus untuk umat atau jiwa yang tidak bekerja sebagai petani. Biasanya para pegawai (seperti guru, atau PNS) dibebankan sebesara Rp. 25.000. Sehingga jikalau umat paroki tersebut memiliki umat sebanyak 10.000 jiwa dengan usia 17 tahun ke atas maka besaran dana mandiri umat untuk paroki setiap tahun adalah sekitar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Angka dua ratus juta adalah angka yang cukup besar dan mampu mengakomodir berbagai program-program paroki dan juga living kost para pastor dan fraternya. Tetapi sejauh yang saya lihat dan alami bahwa besaran dana atau besaran dana yang diharapkan tidak pernah tercapai karena satu dan lain hal. Untuk mencapai target dana yang diharapkan perlunya suatu sistem yang tepat yang disepakati oleh semua umat paroki. Biasanya besaran dana target ini telah dipikirkan dan diprediksi pada saat rapat pleno akhir tahun, dimana pada saat itu dibahas tentang program-program paroki atau arah dasar perjalanan pastoral paroki selama satu tahun. Pada kesempatan ini juga ada evaluasi terhadap berbagai praksis pastoral yang telah berlangsung selama setahun yang lewat.
Tidak semua paroki memiliki sistem yang sama mengenai penarikan dana mandiri. Ada juga paroki yang mengenakan dana mandiri atau iuran wajib bukan kepada masing-masing jiwa di atas tujuh belas tahun ke atas tetapi perkepala keluarga. Biasanya melalui sistem ini, paroki tidak akan memperoleh dana mandiri yang cukup besar apalagi jumlah kepala keluarga dalam paroki tersebut tidak begitu banyak.
Apa problem dana mandiri?
Bagi pekerja lapangan atau petugas pastoral yang terjun ke lapangan, berupa kunjungan-kunjungan pastoral keluarga dan katekese-katekese ke umat, mereka akan menyaksikan dan mendengarkan secara langsung mengenai isi hati umat dan keluh kesah umat yang meliputi dana mandiri, kepuasan pelayanan pastoral dari pastor parokinya atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan menggereja maupun masalah-masalah sosial-budaya yang mereka hadapi atau masalah yang tidak berkaitan langsung dengan paroki.
Menurut pengakuan banyak pihak bahwa dana mandiri yang dibebankan kepada mereka merupakan sesuatu yang sering membebankan mereka. Bagi keluarga yang berstatus PNS, hal ini tentu tidak menjadi menjadi masalah yang serius. Tetapi bagi umat yang memiliki penghasilan yang tidak tetap akan memandang dana mandiri sebagai tanggungjawab yang sangat berat. Memang kita lihat bahwa daerah manggarai adalah daerah yang cukup subur tetapi sifatnya tidak merata. Topografi yang bergunung-gunung atau berbukit-bukit menjadi pemicu rendahnya pendapatan umat setempat. Di daerah Sano Nggoang, penghasilan umat adalah kemiri, cengkeh, dan padi. Sejauh yang saya ketahui bahwa tidak banyak umat memiliki lahan kemiri yang luas tetapi ada secukupnya. Ada secukupnya artinya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi jikalau anak telah mulai memasuki jenjang sekolah dasar, menengah, atas dan tinggi, besarnya lahan mereka tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya anak yang tidak mampu menjadi putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi sejauh yang saya lihat, umat Manggarai memiliki strunggle atau memiliki daya juang yang tinggi untuk menyekolahkan anak mereka, karena mereka telah memiliki keyakinan bahwa salah satu penentu dan pembaharu kehidupan adalah melalui sekolah.
Dana mandiri ini akan menjadi sesuatu yang krusial ketika paroki mendesak umat untuk memberikan dana mandiri, tetapi umat tidak mendapat pelayanan pastoral yang maksimal. Umat akan ogah-ogahan atau setengah hati untuk memberikan dana mandiri tersebut. Meskipun tidak diungkapkan secara terbuka, dalam hidup menggereja ada dan berlaku prinsip do ut des atau suatu paham yang mengatakan bahwa adanya hubungan timbal balik di dunia ini yaitu memberi dan diberi. Ketika saya memberi maka saya juga akan mendapatkan sesuatu dari apa yang saya beri tersebut. Demikian juga umat berharap ketika mereka memberi dana mandiri maka umat juga berharap berlangsungnya pelayanan pastoral yang maksimal.
Selain itu, umat juga meminta transparansi atau kejelasan pengeluaran dana mandiri tersebut. Hal ini sebagai bukti bahwa dana mandiri mereka diperuntukan dalam cara dan sistem yang sewajarnya dan tetap sasaran. Biasanya umat akan setengah hati memberikan dana mandiri tersebut jikalau mereka melihat dan mengetahui ketidakjelasan aliran dana yang telah mereka berikan tersebut. Oleh sebab itu, biasanya umat selalu bertanya kepada ketua kelompok tentang aliran dana mandiri tersebut. Meskipun ketua kelompok banyak tidak mengetahui arah dan aliran dana mandiri tersebut, untuk memuaskan hati umat dan agar dana mandiri dari kelompoknya terkumpul, biasanya ketua kelompok dan ketua dewan stasi memberikan pernyataan-pernyataan yang baik-baik saja. Tetapi ada ketua kelompok yang ke kiri-kirian, biasanya ketua kelompok tersebut akan acuh-tak acuh tentang dana mandiri tersebut. Dana mandiri akan terkumpul secara maksimal bila ketua kelompok atau ketua dewan stasinya menyadari fungsi dan hakekatnya.
Problematika Dana Mandiri dan Kapitalisme
Akibat dana mandiri tersebut, tidak jarang kita mendengar dari umat bahwa gereja sekarang ini berkarakter kapitalis. Dimana gereja meraup sejumlah keuntungan untuk gereja sendiri. Oleh sebab itu banyak umat yang cukup apatis dalam kehidupan menggereja Gereja dipandang sebagai intitusi yang menimbulkan sejumlah beban dan masalah bagi umat. Gereja yang dipandang sebagai intitusi suci menjadi dipandang tak ubahnya seperti kaum proletar. Bahkan tak jarang kita dengar suara dari umat bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah gereja. Karena umat sendiri adalah miskin tetapi dalam keadaan kemiskinan mereka, mereka dituntut oleh Gereja agar mereka juga memberikan sejumlah uang atau iuran wajib Gereja. Mereka mengatakan bahwa kadang mereka tidak makan ikan asin hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Kadang mereka menunda pemberian uang sekolah anak hanya untuk memenuhi iuran wajib Gereja.
Kekawatiran/Kegelisahan
Saya sendiri memiliki kegelisahan, yaitu pudarnya nilai kepercayaan umat terhadap Gereja oleh karena dana mandiri. Dalam sebuah pertemuan dengan para penyuluh agama di Labuan Bajo atas undangan Departemen Agama Labuah Bajo, seorang pastor pernah mengatakan bahwa ada beberapa umatnya terpaksa masuk Islam karena tidak kuat menanggung dana mandiri. Umat tersebut mengatakan bahwa gereja telah menjadi bagian dari kapitalis dan menjadi sumber penambah beban bagi umat. Hal ini perlu kita antisipasi, bisa-bisa Gereja Katolik akan banyak ditinggalkan orang karena mereka tidak sanggup membayar iuran wajib Gereja.
Dikotomi dana mandiri dan adat
Pandangan umat yang mengatakan bahwa dana mandiri adalah suatu sistem yang memiskikan umat perlu kita pertimbangkan. Tetapi juga kita perlu mempertimbangkan tentang usaha orang Manggarai yang sering lebih memandang adat dan menempatkannya di atas Gereja. Adat adalah bahagian yang tidak bisa dilepaskan dari diri orang Manggarai. Setiap ada acara-acara keluarga pada umumnya selalu berbau adat dan membutuhkan uang. Yang menjadi pertanyaan kita, mengapa orang Manggarai setengah hati memberikan dana mandiri gereja tetapi untuk mengeluarkan uang dalam acara-acara adat tidak pernah mengalami kesulitan. Atas dasar ini untuk mengatakan bahwa dana mandiri menjadi hal yang memiskinkan umat adalah sesuatu yang perlu kita pertanyakan.
Tindakan pastoral
Apa yang harus kita lakukan agar dana mandiri dapat dimaknai umat secara positif?
Katekese
Perlunya selalu diberi katekese yang bertemakan bahwa masa depan Gereja ada di tangan umat. Pastor hanya memberikan Sakramen tetapi umat adalah teman sejawat hirarki untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Umat perlu disadarkan bahwa praksis pastoral yang dilakukan para missionaries barat merupakan praksis pastoral yang harus kita ubah. Pada umumnya para missionaries barat memandang umat Indonesia adalah individu yang belum hidup secara mandiri oleh sebab itu segala sesuatunya harus disediakan oleh pastor secara grattis seperti buku Madah Bakti, Rosario, patung-patung orang Kudus dll. Sikap keringan tangan para missionaries barat tersbut adalah suatu nostalgia yang akan sulit dilupakan oleh umat. Umat masih tetap memandang bahwa pastor ideal yaitu pastor-pastor barat. Memang mereka (pastor-pastor BARAT) memiliki kelebihan JUGA DALAM pastoral. Para missionaris barat umumnya enggan menggunakan barang-barang mewah untuk kegiatan pastoralnya. Mereka rela mendaki gunung dengan naik kuda, berjalan kaki berkilo-kilo untuk mendekati dan mendampingi umat, rela tinggal berlama-lama di sebuah stasi hanya untuk mendengarkan keluh kesah umat, mengadakan katekese/mendidik/enable, ataupun mendekatkan diri secara emosional dengan umat.
Cara-cara penagihan
Perlu dibuat cara yang elegan dalam penarikan dana mandiri. Umumnya, para penagih adalah ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi. Mereka inilah tonggak dan pilar lancar tidaknya dana mandiri. Kalau mereka ogah-ogahan maka pastor - pastor yang bekerja di paroki akan kelaparan dan program paroki tidak akan berjalan dengan baik. Para ketua kelompok dan dewan stasi perlu didasarkan bahwa dana mandiri adalah saran untuk mencapai suatu tujuan. Uang bukanlah tujuan tetapi pada umumnya untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan sebuah sarana. Tergantung pada tujuannya. Tetapi cukup ;banyak sebuah tujuan akan tercapai jika adanya keterjaminan finansial. Contoh pastor dapat merayakan kurban Ekaristi di stasi tertentu melalui sepeda motor. Sepeda motor dapat berjalan karena bensin, dsb.
Mendidik atau empowerment para petugas gereja adalah sesuatu yang niscaya. Sejauh yang saya amati ada beberapa paroki yang tidak pernah memberikan pelatihan-pelatihan bagi ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi, baik mengenai cara berkotbah, ajaran-ajaran maupun dogma-dogma Gereja. Banyak mereka yang buta tentang hal ini. Sehingga tidak heran kalau ketua kelompok atau ketua dewan stasi tidak memiliki rasa percaya diri untuk menyampaikan kebenaran yang ada dalam Injil. Hal ini sangat penting.............sangat penting..........sangat penting........!!!
Pastor paroki
Pastor paroki perlunya mencari sebuah sistem atau cara mendayagunakan banyak orang. Pastor paroki perlunya memberikan suatu reward kepada para petugas gereja. Karena ketika mereka menjalankan tugas pastoral mereka, mereka (ketua-ketua dewan stasi, kelompok) biasanya hidup dalam suatu tekanan, konflik baik dari diri sendiri maupun dari umat yang diapimpin. Tidak jarang kita dengar para pastor paroki yang mengatakan bahwa untuk apa kita memberikan reward kepada mereka. Merekakhan bekerja untuk Tuhan. Tuhan tidak mengajari kita untuk reward-rewardan. Pandangan pastor yang demikian sangatlah sempit, sistem kepemimpinan dalam Gereja tidak boleh terlalu spiritual dan juga tidak boleh terlalu duniawi. Semua harus imbang karena kita hidup di dunia. Yesus sendiri ketika Dia hidup dia sering memberikan reward (ganjaran atas hasil dan usaha seseorang) berupa makan bersama, pengajaran-pengarajan. Di dalam diri manusia ada kebutuhan untuk dihargai oleh sebab itu dimanapun seseorang atau siapapun dia, penghargaan ini sesuatu yang niscaya. Reward atau [enghargaan bermacam-macam seperti: uang, pujian kata, relasi, barang-barang rohani( kitab suci, rosarioa, dsb), pakaian. Stevan Covey sendiri mengatakan bahwa jikalau organisasi atau institusi anda dimana anggotanya tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap vis-misi anda perlu anda perhatikan sejauh mana anda telah memberikan reward yang sepantasnya untuk mereka.
Sejauh yang saya amati bahwa dana mandiri memiliki problematika di keuskupan Ruteng. Keuskupan yang memiliki umat sekitar setengah juta ini telah berusaha menyadarkan umatnya bahwa Gereja berkembang dan maju sebahagian besar ditentukan oleh adanya rasa tanggungjawab dan peran serta umat Katolik. Oleh sebab itu masing-masing jiwa ataupun keluarga telah diharuskan dan diwajibkan untuk memberikan besaran dana yang ditentukan demi kehidupan para pastor dan keberlangsungan program-program paroki yang telah disepakati. Sejauh yang saya ketahui bahwa cara memberikan tanggungjawab kepada umat, masing-masing paroki memiliki cara. Di paroki Rekas, umat yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas telah diwajibkan untuk memberikan dana mandiri atau iuran wajib bagi Gereja (paroki) sebesar Rp. 20.000, besaran dana mandiri ini khusus untuk umat atau jiwa yang tidak bekerja sebagai petani. Biasanya para pegawai (seperti guru, atau PNS) dibebankan sebesara Rp. 25.000. Sehingga jikalau umat paroki tersebut memiliki umat sebanyak 10.000 jiwa dengan usia 17 tahun ke atas maka besaran dana mandiri umat untuk paroki setiap tahun adalah sekitar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Angka dua ratus juta adalah angka yang cukup besar dan mampu mengakomodir berbagai program-program paroki dan juga living kost para pastor dan fraternya. Tetapi sejauh yang saya lihat dan alami bahwa besaran dana atau besaran dana yang diharapkan tidak pernah tercapai karena satu dan lain hal. Untuk mencapai target dana yang diharapkan perlunya suatu sistem yang tepat yang disepakati oleh semua umat paroki. Biasanya besaran dana target ini telah dipikirkan dan diprediksi pada saat rapat pleno akhir tahun, dimana pada saat itu dibahas tentang program-program paroki atau arah dasar perjalanan pastoral paroki selama satu tahun. Pada kesempatan ini juga ada evaluasi terhadap berbagai praksis pastoral yang telah berlangsung selama setahun yang lewat.
Tidak semua paroki memiliki sistem yang sama mengenai penarikan dana mandiri. Ada juga paroki yang mengenakan dana mandiri atau iuran wajib bukan kepada masing-masing jiwa di atas tujuh belas tahun ke atas tetapi perkepala keluarga. Biasanya melalui sistem ini, paroki tidak akan memperoleh dana mandiri yang cukup besar apalagi jumlah kepala keluarga dalam paroki tersebut tidak begitu banyak.
Apa problem dana mandiri?
Bagi pekerja lapangan atau petugas pastoral yang terjun ke lapangan, berupa kunjungan-kunjungan pastoral keluarga dan katekese-katekese ke umat, mereka akan menyaksikan dan mendengarkan secara langsung mengenai isi hati umat dan keluh kesah umat yang meliputi dana mandiri, kepuasan pelayanan pastoral dari pastor parokinya atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan menggereja maupun masalah-masalah sosial-budaya yang mereka hadapi atau masalah yang tidak berkaitan langsung dengan paroki.
Menurut pengakuan banyak pihak bahwa dana mandiri yang dibebankan kepada mereka merupakan sesuatu yang sering membebankan mereka. Bagi keluarga yang berstatus PNS, hal ini tentu tidak menjadi menjadi masalah yang serius. Tetapi bagi umat yang memiliki penghasilan yang tidak tetap akan memandang dana mandiri sebagai tanggungjawab yang sangat berat. Memang kita lihat bahwa daerah manggarai adalah daerah yang cukup subur tetapi sifatnya tidak merata. Topografi yang bergunung-gunung atau berbukit-bukit menjadi pemicu rendahnya pendapatan umat setempat. Di daerah Sano Nggoang, penghasilan umat adalah kemiri, cengkeh, dan padi. Sejauh yang saya ketahui bahwa tidak banyak umat memiliki lahan kemiri yang luas tetapi ada secukupnya. Ada secukupnya artinya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tetapi jikalau anak telah mulai memasuki jenjang sekolah dasar, menengah, atas dan tinggi, besarnya lahan mereka tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya anak yang tidak mampu menjadi putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Tetapi sejauh yang saya lihat, umat Manggarai memiliki strunggle atau memiliki daya juang yang tinggi untuk menyekolahkan anak mereka, karena mereka telah memiliki keyakinan bahwa salah satu penentu dan pembaharu kehidupan adalah melalui sekolah.
Dana mandiri ini akan menjadi sesuatu yang krusial ketika paroki mendesak umat untuk memberikan dana mandiri, tetapi umat tidak mendapat pelayanan pastoral yang maksimal. Umat akan ogah-ogahan atau setengah hati untuk memberikan dana mandiri tersebut. Meskipun tidak diungkapkan secara terbuka, dalam hidup menggereja ada dan berlaku prinsip do ut des atau suatu paham yang mengatakan bahwa adanya hubungan timbal balik di dunia ini yaitu memberi dan diberi. Ketika saya memberi maka saya juga akan mendapatkan sesuatu dari apa yang saya beri tersebut. Demikian juga umat berharap ketika mereka memberi dana mandiri maka umat juga berharap berlangsungnya pelayanan pastoral yang maksimal.
Selain itu, umat juga meminta transparansi atau kejelasan pengeluaran dana mandiri tersebut. Hal ini sebagai bukti bahwa dana mandiri mereka diperuntukan dalam cara dan sistem yang sewajarnya dan tetap sasaran. Biasanya umat akan setengah hati memberikan dana mandiri tersebut jikalau mereka melihat dan mengetahui ketidakjelasan aliran dana yang telah mereka berikan tersebut. Oleh sebab itu, biasanya umat selalu bertanya kepada ketua kelompok tentang aliran dana mandiri tersebut. Meskipun ketua kelompok banyak tidak mengetahui arah dan aliran dana mandiri tersebut, untuk memuaskan hati umat dan agar dana mandiri dari kelompoknya terkumpul, biasanya ketua kelompok dan ketua dewan stasi memberikan pernyataan-pernyataan yang baik-baik saja. Tetapi ada ketua kelompok yang ke kiri-kirian, biasanya ketua kelompok tersebut akan acuh-tak acuh tentang dana mandiri tersebut. Dana mandiri akan terkumpul secara maksimal bila ketua kelompok atau ketua dewan stasinya menyadari fungsi dan hakekatnya.
Problematika Dana Mandiri dan Kapitalisme
Akibat dana mandiri tersebut, tidak jarang kita mendengar dari umat bahwa gereja sekarang ini berkarakter kapitalis. Dimana gereja meraup sejumlah keuntungan untuk gereja sendiri. Oleh sebab itu banyak umat yang cukup apatis dalam kehidupan menggereja Gereja dipandang sebagai intitusi yang menimbulkan sejumlah beban dan masalah bagi umat. Gereja yang dipandang sebagai intitusi suci menjadi dipandang tak ubahnya seperti kaum proletar. Bahkan tak jarang kita dengar suara dari umat bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah gereja. Karena umat sendiri adalah miskin tetapi dalam keadaan kemiskinan mereka, mereka dituntut oleh Gereja agar mereka juga memberikan sejumlah uang atau iuran wajib Gereja. Mereka mengatakan bahwa kadang mereka tidak makan ikan asin hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Kadang mereka menunda pemberian uang sekolah anak hanya untuk memenuhi iuran wajib Gereja.
Kekawatiran/Kegelisahan
Saya sendiri memiliki kegelisahan, yaitu pudarnya nilai kepercayaan umat terhadap Gereja oleh karena dana mandiri. Dalam sebuah pertemuan dengan para penyuluh agama di Labuan Bajo atas undangan Departemen Agama Labuah Bajo, seorang pastor pernah mengatakan bahwa ada beberapa umatnya terpaksa masuk Islam karena tidak kuat menanggung dana mandiri. Umat tersebut mengatakan bahwa gereja telah menjadi bagian dari kapitalis dan menjadi sumber penambah beban bagi umat. Hal ini perlu kita antisipasi, bisa-bisa Gereja Katolik akan banyak ditinggalkan orang karena mereka tidak sanggup membayar iuran wajib Gereja.
Dikotomi dana mandiri dan adat
Pandangan umat yang mengatakan bahwa dana mandiri adalah suatu sistem yang memiskikan umat perlu kita pertimbangkan. Tetapi juga kita perlu mempertimbangkan tentang usaha orang Manggarai yang sering lebih memandang adat dan menempatkannya di atas Gereja. Adat adalah bahagian yang tidak bisa dilepaskan dari diri orang Manggarai. Setiap ada acara-acara keluarga pada umumnya selalu berbau adat dan membutuhkan uang. Yang menjadi pertanyaan kita, mengapa orang Manggarai setengah hati memberikan dana mandiri gereja tetapi untuk mengeluarkan uang dalam acara-acara adat tidak pernah mengalami kesulitan. Atas dasar ini untuk mengatakan bahwa dana mandiri menjadi hal yang memiskinkan umat adalah sesuatu yang perlu kita pertanyakan.
Tindakan pastoral
Apa yang harus kita lakukan agar dana mandiri dapat dimaknai umat secara positif?
Katekese
Perlunya selalu diberi katekese yang bertemakan bahwa masa depan Gereja ada di tangan umat. Pastor hanya memberikan Sakramen tetapi umat adalah teman sejawat hirarki untuk mencapai tujuan yang mulia yaitu terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Umat perlu disadarkan bahwa praksis pastoral yang dilakukan para missionaries barat merupakan praksis pastoral yang harus kita ubah. Pada umumnya para missionaries barat memandang umat Indonesia adalah individu yang belum hidup secara mandiri oleh sebab itu segala sesuatunya harus disediakan oleh pastor secara grattis seperti buku Madah Bakti, Rosario, patung-patung orang Kudus dll. Sikap keringan tangan para missionaries barat tersbut adalah suatu nostalgia yang akan sulit dilupakan oleh umat. Umat masih tetap memandang bahwa pastor ideal yaitu pastor-pastor barat. Memang mereka (pastor-pastor BARAT) memiliki kelebihan JUGA DALAM pastoral. Para missionaris barat umumnya enggan menggunakan barang-barang mewah untuk kegiatan pastoralnya. Mereka rela mendaki gunung dengan naik kuda, berjalan kaki berkilo-kilo untuk mendekati dan mendampingi umat, rela tinggal berlama-lama di sebuah stasi hanya untuk mendengarkan keluh kesah umat, mengadakan katekese/mendidik/enable, ataupun mendekatkan diri secara emosional dengan umat.
Cara-cara penagihan
Perlu dibuat cara yang elegan dalam penarikan dana mandiri. Umumnya, para penagih adalah ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi. Mereka inilah tonggak dan pilar lancar tidaknya dana mandiri. Kalau mereka ogah-ogahan maka pastor - pastor yang bekerja di paroki akan kelaparan dan program paroki tidak akan berjalan dengan baik. Para ketua kelompok dan dewan stasi perlu didasarkan bahwa dana mandiri adalah saran untuk mencapai suatu tujuan. Uang bukanlah tujuan tetapi pada umumnya untuk mencapai sebuah tujuan diperlukan sebuah sarana. Tergantung pada tujuannya. Tetapi cukup ;banyak sebuah tujuan akan tercapai jika adanya keterjaminan finansial. Contoh pastor dapat merayakan kurban Ekaristi di stasi tertentu melalui sepeda motor. Sepeda motor dapat berjalan karena bensin, dsb.
Mendidik atau empowerment para petugas gereja adalah sesuatu yang niscaya. Sejauh yang saya amati ada beberapa paroki yang tidak pernah memberikan pelatihan-pelatihan bagi ketua-ketua kelompok atau ketua dewan stasi, baik mengenai cara berkotbah, ajaran-ajaran maupun dogma-dogma Gereja. Banyak mereka yang buta tentang hal ini. Sehingga tidak heran kalau ketua kelompok atau ketua dewan stasi tidak memiliki rasa percaya diri untuk menyampaikan kebenaran yang ada dalam Injil. Hal ini sangat penting.............sangat penting..........sangat penting........!!!
Pastor paroki
Pastor paroki perlunya mencari sebuah sistem atau cara mendayagunakan banyak orang. Pastor paroki perlunya memberikan suatu reward kepada para petugas gereja. Karena ketika mereka menjalankan tugas pastoral mereka, mereka (ketua-ketua dewan stasi, kelompok) biasanya hidup dalam suatu tekanan, konflik baik dari diri sendiri maupun dari umat yang diapimpin. Tidak jarang kita dengar para pastor paroki yang mengatakan bahwa untuk apa kita memberikan reward kepada mereka. Merekakhan bekerja untuk Tuhan. Tuhan tidak mengajari kita untuk reward-rewardan. Pandangan pastor yang demikian sangatlah sempit, sistem kepemimpinan dalam Gereja tidak boleh terlalu spiritual dan juga tidak boleh terlalu duniawi. Semua harus imbang karena kita hidup di dunia. Yesus sendiri ketika Dia hidup dia sering memberikan reward (ganjaran atas hasil dan usaha seseorang) berupa makan bersama, pengajaran-pengarajan. Di dalam diri manusia ada kebutuhan untuk dihargai oleh sebab itu dimanapun seseorang atau siapapun dia, penghargaan ini sesuatu yang niscaya. Reward atau [enghargaan bermacam-macam seperti: uang, pujian kata, relasi, barang-barang rohani( kitab suci, rosarioa, dsb), pakaian. Stevan Covey sendiri mengatakan bahwa jikalau organisasi atau institusi anda dimana anggotanya tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap vis-misi anda perlu anda perhatikan sejauh mana anda telah memberikan reward yang sepantasnya untuk mereka.
1 komentar:
interested to read ur post but don't really understand some words....:)
i need to learn more ya....:) God bless u
Posting Komentar